Viralmerdeka.com
- Apa yang menimpa pria ini sungguh menyedihkan. Ia sudah berkorban
jiwa dan raga demi pacarnya yang dicintainya, malah justru balasan ini
yang ia terima.
Meskipun kekasihnya telah berkhianat padanya, balasan telak dan sungguh tak terduga apa yang terjadi terjadi.
Begini kisahnya
Namanya Chen Hong, Dia ketua kelas saya. Dia cantik, prestasi di sekolah sangat bagus dan cemerlang.
Nada bicaranya yang halus dan lembut. Di dalam kelas kami duduk semeja.
Karena kegigihanku mengejarnya, akhirnya dia bersedia untuk menjadi kekasihku.
Setelah
mengawali cinta yang naif, Chen Hong dengan tegas mengatakan kepadaku
agar jangan sepanjang hari mencarinya, karena masih harus belajar.
Dia meminta
untuk perlu saling mendukung dan membangkitkan semangat masing-masing,
berusaha lulus dengan sebaik mungkin dan bisa diterima di universitas
bergengsi.
Berbekal dengan tekad yang sama, kami pun berhasil melewatinya dengan hasil ujian yang manis kami meraih nilai yang baik.
Sayangnya, saya hanya diterima di akademi, sedangkan Chen Hong bisa masuk di universitas bergengsi.
Tapi
kondisi ekonomi keluarganya tidak terlalu bagus, ditambah lagi dengan
orangtuanya yang lebih mengutamakan anak laki-laki daripada perempuan.
Orangtuanya tidak bersedia membiayai kuliahnya, menyuruhnya tidak usah kuliah, langsung cari kerja saja.
Melihatnya selalu murung sepanjang hari, aku pun bilang kepadanya.
“Kamu
kuliah saja, kan masih ada aku, aku juga tidak mau melanjutkan di
akademi, jadi, aku akan cari kerja dan membiayai kuliahmu.”
Awalnya dia menolak, karena aku tetap bersikeras menyuruhnya kuliah, akhirnya ia pun kuliah di universitas bergengsi itu.
Sementara aku pun mengawali karier hidupku dengan bekerja di sebuah pabrik.
Demi membiayai kuliahnya, setiap bulan aku menyisakan uang untuk biaya hidupku sehari-hari, selebihnya aku serahkan kepadanya.
Singkat cerita, setelah empat tahun kemudian, pacarku pun menyelesaikan kuliahnya.
Selama empat tahun itu, karena ingin berhemat. Aku pun jarang menemuinya. Kami bertemu pada saat hari raya nasional, sehari-hari kami hanya mengadakan kontak via telepon.
Tak lama setelah lulus dia akhirnya mendapat pekerjaan.
Suatu hari,
aku ingin memberinya sebuah kejutan, lalu aku pun menunggunya di depan
gerbang kantornya, dan saat akan meneleponnya.